Silahkan Berbagi:

David sebenarnya lebih beruntung dibandingkan dengan teman-teman kuliah seangkatannya. la lulus dari Fakultas Teknik sebuah universitas terkemuka dengan nilai yang memuaskan dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan rekan-rekannya. la bahkan tidak perlu menganggur terlalu lama.

Tidak lama setelah ia lulus, ia mulai bekerja sebagai seorang engineer di sebuah perusahaan. Dalam beberapa kali evaluasi kinerja yang dilakukan, ia selalu dinilai memiliki kinerja yang memuaskan. Orang-orang yang melihatnya menilai ia telah meraih sukses dalam usia muda.

Pada mulanya David memang menyenangi tugas-tugas yang diberikan kepadanya karena sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Namun hal ini tidak berlangsung lama. Tidak sampai setahun ia mulai bosan dengan situasi monoton. la juga merasa tidak dapat mengembangkan kariernya. la lalu memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan pindah ke sebuah perusahaan multinasional terkemuka, walaupun dalam posisi yang sama. Belum genap setahun di tempat itu, David merasa jengah. Hidupnya terasa membosankan karena terjebak di antara deru mesin.

Kemudian ia memutuskan untuk bekerja pada bagian penjualan, walaupun tidak banyak memanfaatkan ilmu yang telah ditekuni di perguruan tinggi. Ternyata ia merasa sangat menikmati pekerjaannya karena ia dapat mengkombinasikan antara kemampuan teknisnya dengan keahlian komunikasi dan interpersonalnya yang diakui memang sangat baik. Hal ini sudah terlihat pada saat ia masih mahasiswa, di mana ia pernah menjadi pimpinan beberapa organisasi dan lembaga kemahasiswaan. Dalam waktu singkat, kariernya pun terus berkembang sehingga ia dapat menjadi orang termuda yang menduduki posisi manajerial di perusahaannya. Bukan itu saja, ia juga memperoleh banyak kesempatan berkunjung ke berbagai tempat. Bukan saja di dalam negeri, namun juga di luar negeri, sehingga ia semakin hari semakin banyak mempelajari berbagai keahlian baru.

Salah satu ciri kemampuan David untuk mengelola kariernya dengan baik adalah kemampuannya memahami apa yang harus difokuskan agar tujuan karier yang telah ditetapkan segera tercapai. la pun memahami hal-hal apa saja yang terbaik bagi dirinya berdasarkan kekuatan, kebutuhan, motivasi, kepribadian, dan nilai-nilai yang dimiliki, sehingga ia mampu membuat keputusan yang tepat pada saat yang tepat pula.

Itu dilakukan David pada awal karirnya. Pindah pekerjaan yang sering sebelum usia 30 tahun boleh dikatakan wajar. Tapi harus diperhatikan jika kebiasaan pindah-pindah pekerjaan itu berlanjut terus. Mengapa? Karena keluar dari `pakem'  tahapan karier. Coba kita raba tahapan-tahapan karier yang biasanya dilalui oleh seseorang.

1. Tahap Membangun Identitas

Setelah menyelesaikan studinya, seseorang mulai memasuki tahap pencarian jati diri. Biasanya usianya di bawah tiga puluh tahun. Mereka mencoba menemukan apa kira-kira pekerjaan yang terbaik bagi dirinya. Untuk menjawab pertanyaan ini, mereka kadang-kadang suka berpindah-pindah karier dan pekerjaan. Mereka juga sering meminta pendapat dari banyak orang seputar karier dan pekerjaan. Sebagian besar orang pada tahap ini belum menyadari nilai-nilai, kekuatan serta kelemahan yang dimiliki.

Seseorang yang masih berada pada tahap ini biasanya memiliki motivasi untuk memperoleh keahlian-keahlian mendasar yang diperlukan dalam pekerjaan, serta memahami struktur, fungsi, dan budaya organisasi. Mereka juga mulai membangun hubungan dan network dengan rekan-rekan kerja yang ada, serta menelusuri dinamika profesional. Namun jika seseorang menjalani fase ini dengan kerangka berpikir yang positif, mereka dapat mempelajari dan menelusuri berbagai kemungkinan yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan.

Pada sekitar awal sampai pertengahan 30-an, mereka membangun identitas professional serta mulai diterima sebagai bagian dari kelompok profesional tersebut. Fase ini ditandai dengan sikap penuh semangat (excitement) , di mana seseorang merasa bangga karena dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi kemajuan organisasi. Keahlian baru terus dipelajari dan diperoleh, lalu seseorang mulai menetapkan tujuan dan membangun mindset yang bersifat success-oriented . Namun hendaknya seseorang jangan cepat berpuas diri, karena sebetulnya masih banyak hal yang bisa dicapai.

2. Tahap Mencari Tanggung Jawab

Pada masa usia sekitar pertengahan 30-an sampai dengan umur 40-an, mereka telah mulai merasa menemukan jati dirinya. Mereka ingin menerima tanggung-jawab yang lebih besar untuk mengatur orang lain dalam organisasi. Dengan kata lain, banyak dari mereka yang mencari posisi sebagai pemimpin, serta tidak jarang telah memiliki reputasi dalam dunia bisnis, balk pada tingkat lokal, nasional, bahkan global.

Mereka mulai memahami bahwa kesuksesan bukan hanya ditentukan oleh kerja individu, namun juga perlu adanya peran saling ketergantungan, serta menyelesaikan pekerjaan mereka melalui usaha-usaha yang dilakukan orang lain. Network yang dimiliki pun semakin meluas dan mereka semakin mendapatkan penghormatan dari para anggota organisasi yang lain.

3. Tahap Inovasi & Pengambilan Resiko

Pada usia 40-an seseorang telah merasa nyaman dengan karier yang dijalani, dengan pemahaman yang semakin mendalam mengenai industri yang digeluti. Seseorang tetap ingin menjaga komitmen dengan karier yang dijalaninya pada tahap ini dan pada saat yang sama berusaha secara terus-menerus meng-update pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan standar industri, sehingga mereka memiliki keahlian yang semakin beragam.

Suatu aktivitas yang tidak akan dan tidak boleh berhenti sampai kapanpun. Seseorang pada tahap ini termotivasi untuk terlibat dalam perencanaan strategis, inovasi, dan pengambilan resiko bagi kepentingan organisasi. Mereka memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruhnya, baik internal maupun eksternal dalam proses pengambilan keputusan.

4. Tahap Persiapan Pensiun

Setelah tahap ini dilewati mereka mulai merasakan ketidaknyamanan menjelang memasuki masa pensiun akibat ketidakpastian mengenai apa yang akan dilakukan setelah pensiun. Pensiun berarti seseorang akan kehilangan berbagai fasilitas-fasilitas dan reputasi yang selama ini ia nikmati. Oleh karenanya, mereka perlu melakukan persiapan yang matang, baik secara finansial maupun secara mental, karena tahapan ini adalah tahapan yang mau tidak mau harus dialami, berbeda dengan tahapan-tahapan lainnya.

Nah, kita dapat meraba di manakah kita berada saat ini, serta motivasi yang mendorong kita untuk menjalani pengembangan profesional. Sekedar untuk menengok, apakah masalah yang kita hadapi masih wajar? Jika katakanlah kita sudah menginjak usia di atas 30 tahun, tapi masih mencari jati diri, berarti ada yang perlu dipertanyakan.

Namun perlu diingat bahwa klasifikasi tahapan-tahapan karier berdasarkan usia di atas bukanlah sebuah klasifikasi yang kaku, dalam arti kondisinya bisa saja berbeda, bergantung kepada situasi dan kondisi masing-masing individu.

Sumber: Male Emporium

{moscomment}